Konsistensi ‘R’ Busi? MOTOR DRAG
Untuk melengkapi referensi tentang busi dari beberapa artikel sebelumnya di web ini, rasa penasaran saya akan QC / Kontrol Kualitas produk busi masih terus berkecamuk untuk tetap mencoba Obyektif melihat merek busi mana yang baik dalam menjaga konsistensi produksinya.
Produk massal, adalah produk yang memerlukan perhatian khusus terutama pada konsistensi hasil akhirnya. Contoh sederhananya gini..
Perusahaan produk Kue Kacang, dalam membuat produknya yang berjumlah besar untuk konsumsi se Indonesia (nasional), harus mempunyai proses QC yang sangat baik. Kacang yang di produksi pertama, harus punya rasa yang sama dengan kacang yang diproduksi paling akhir. Bayangkan apabila… kacang atom yang sama, rasanya lebih enak kalau kita beli di Bandung ketimbang beli di Jakarta.
Untuk busi kira-kira juga begitu.. juga untuk segala produk lain yang sifatnya MASSAL.
Bahkan hingga dibuat standard mutu untuk konsistensi produk (ISO), sehingga pabrikan yang menyandang atribut sertifikasi tersebut boleh bangga atas produknya yang dipastikan konsisten, baik mutu, umur pakai, ukuran, dsb.
Untuk rasa penasaran ini, saya meminjam 6 merek / jenis busi , masing-masing 4 unit. Jadi total ada 24 busi yang saya akan ukur.
Busi yang di pilih adalah busi yang premium, alias harganya jauh di atas busi standard biasa. Busi-busi ini sering dikategorikan orang sebagai ‘Busi Racing’ atau busi performance.
Nah, seberapa konsistenkah sang produsen dalam memproduksi busi mahal tersebut?
Saya coba dengan test sederhana saja, namun sedikit banyak bisa menjadi salah satu referensi konsisten atau tidaknya produk yang beredar di pasaran.
Oh ya.. sampel 4 busi, saya ambil secara acak. Jadi tidak di pilih2 dari bentuk fisik. Dalam hal ini saya mencoba memposisikan sebagai pembeli yang awam, tidak mengerti soal busi, tapi mau beli busi ‘mahal’ dengan harapan mobil saya bisa oke, kemudian si pemilik toko memberikan 4 busi kepada saya. Kira-kira begitu skenarionya.
Oke,.. berikut busi-busi yang di uji,..
DENSO IRIDIUM IQ20
BOSCH SUPER 4 – FR78X
NGK IRIDIUM IX – BKR6 EIX
SPLITFIRE SF – 392D
BERU SILVERSTONE – S3F
NGK G-POWER PLATINUM – BKR6 EGP
Saya coba ukur resistansi masing-masing busi di tiap merek/jenisnya dengan menggunakan Digital Ohm Meter. Dengan cara satu kutup probe di bagian ujung belakang busi, satu probe lagi pada jarum elektroda busi, sehingga terbaca nilai resistansinya.
Berikut hasil akhir pengujiannya..
Terlihat pada tabel di atas, bahwa merek NGK terlihat sangat baik dalam menjaga konsistensi pada tiap produknya… bahkan dari dua jenis NGK yang di test ternyata tetap bisa menjaga toleransi simpangan akurasi produk hingga 10% bahkan 6%, diikuti produk SplitFire.
Sementara yang menyedihkan adalah produk BOSCH yang simpangannya jauh sekali hingga 75%. Wah wah… apalagi baca artikel sebelumnya tentang busi yang bermasalah, 3 dari 4 kasus yang ditemukan semuanya dari merek BOSCH.
Duh duh… ada masalah apakah produsen tersebut?… halo?? bosch,.. ayo perbaiki kualitas produkmu!.
Apa sih akibatnya jika saya membeli busi yang simpangan nilai resistansinya besar?
Yang pasti… makin besar nilai resistansi, akan memperkecil api yang dipercikkan busi.
Nah… jika nilai resistansi tidak rata, akibatnya… kualitas api dari busi tidak rata juga.
Bahkan jika sangat parah, akan membuat misfire, yaitu saat harusnya terjadi pengapian, busi tidak memercikkan api. Pada saat misfire, busi tidak membakar bensin untuk dirubah menjadi tenaga. Bensin terbuang percuma. ujung-ujungnya, pemborosan bahan bakar.
Paling parah lagi adalah… baru saja ganti busi.. mesin langsung pincang. Ini mungkin disebabkan salah satu busi memiliki nilai resistansi yang sangat besar dibanding yang lain.